Manik-manik yang Mendunia |
Tuesday, March 13, 2007 |
04 Maret 2007, Republika Mia Gofar Manik-manik yang Mendunia bur
Pada mulanya adalah kesenangan, terpadu dengan kegelisahan seorang ibu rumah tangga. Tapi, kegelisahan itu justru membawa namanya menghiasi majalah-majalah terbitan Amerika, seperti Beadstyle atau booklet Ring and Brooches. Bahkan, desain pin-nya, Stemwear: Twist wire aound individual beads for a pretty, practical pin, sempat ditayangkan di salah satu TV Show di Negeri Paman Sam itu.
Mia Yusmita Gofar, wanita itu, kini dikenal di mancanegara karena karya-karyanya membuat perhiasan dan aksesori dari manik-manik. Tiga bukunya yang diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia mudah ditemui di etalase toko-toko buku di negeri ini.
Bukunya, Membuat Perhiasan dari Manik-manik dan Membuat Aksesoris Manik-manik untuk Pengantin kini sudah cetakan kedua. Desember 2006, ia kembali meluncurkan bukunya yang lain, Aksesoris Manik untuk Wanita Bekerja.
Boleh dikata, buku-buku karya ibu dua anak yang kini menetap di Jerman ini amat disukai penggemar seni manik-manik di Indonesia. `'Saya terharu sekali kalau tulisan dan karya saya memberi manfaat bagi orang lain,'' kata Mia, melalui surat elektronik (e-mail), awal Februari lalu.
Maklum, buku-buku itu ia terbitkan untuk berbagi pengalaman sebagai beaders. ''Karena buat saya, merangkai manik-manik menjadi perhiasan yang bisa dikenakan, itu sesuatu yang mengasyikkan. Lebih baik lagi bila penggemar seni ini juga bisa membuat aksesori mereka dengan cara dan teknik yang lebih baik, hingga berdampak positif bagi hasil karya dari segi estetika, juga kualitas,'' tutur dia.
Tidak bisa diam
Hijrah ke Jerman sejak menikah dengan Mahaendra Gofar, membuatnya jauh dari lingkungan keluarga. Kondisi ini seakan menyuburkan lahirnya kegelisahan. `'Mungkin karena dasarnya saya memang tidak bisa diam di rumah, tanpa melakukan sesuatu,'' kata perempuan kelahiran Jakarta, Maret 1972 itu.
Ketika Kevin Gofar --anak pertamanya yang kini berusia 8 tahun-- lahir, Mia merasa mulai cukup kerasan di negeri orang. Dia mulai mencari sesuatu yang bisa dikerjakan di rumah. Apalagi, semua urusan rumah tangga ia harus tangani sendiri.
Bayangannya kemudian melintasi benua, melayang ke negeri sendiri, mencari peluang yang bisa ia lakukan sembari mengurus rumah tangga. Ia mencoba menawarkan suvenir Indonesia, tapi tidak berhasil. `'Kalah saingan dengan toko-toko impor besar,'' kata dia.
Sekali waktu, Mia liburan ke Indonesia. Ia menjajaki berbagai kemungkinan, termasuk membuat tas dari manik-manik. Terinspirasi oleh adiknya yang lebih suka membuat gelang, ia menemukan dunianya, dunia manik-manik.
Berbagai literatur dijamahnya, situs internet dijelajahinya, termasuk memutar sejumlah DVD dan CD yang berkaitan manik-manik. Tidak jarang, ia membeli sebuah aksesori siap pakai untuk dibongkar dan dipelajari strukturnya.
Sekali waktu, ia memberanikan diri mengirimkan desainnya ke majalah Beadstyle di Amerika. Eh, pengelola majalah itu tertarik dan meminta Mia mengirimkan desainnya untuk diterbitkan. ''Alhamdulillah, dari situ saya semakin yakin, segala sesuatu bisa dikerjakan selama kita mau mengerjakannya,'' tuturnya. Maka, ia pun rajinmengirim desain manik-maniknya kemajalah itu.
Lulusan Teknik Arsitektur Universitas Indonesia ini bersyukur, keluarganya mendukung. Mahaendra, misalnya, rela mengantar Mia berburu manik-manik hingga di kota-kota sekitar tempat tinggalnya. Mahaendra yang gemar fotografi, bahkan sekaligus menjadi fotografer buku kedua dan ketiga Mia.
Kevin dan Dante Gofar --dua anaknya berusia 8 dan 5 tahun-- pun memahami aktivitas Mia. `'Mereka tahu, kalau mamanya sudah di meja kerjanya, artinya mama sedang kerja. Mereka biasanya tidak akan mengganggu,'' ucapnya.
Mia terus aktif merangkai manik-manik untuk aksesori. Sebagian besar karyanya untuk diterbitkan dalam bentuk buku, lainnya ia tawarkan ke majalah-majalah penggemar manik-manik di Amerika. Lainnya, ia pasok ke salah satu gift shop di kota tempat tinggalnya.
Pengalamannya bekerja sebagai web designer di salah satu provider internet di Indonesia memudahkan ia bersentuhan dengan dunia virtual. Mia membuat blog khusus untuk penggemar seni merangkai manik-manik (http://www.manik2cantik.com).
Respons penggemar manik-manik cukup besar. Dia bilang, `'Pegunjung situs saya cukup antusias dengan informasi seputar manik-manik dan aksesori manik-manik yang saya publish di blog saya. Kebanyakan pengunjung dari Indonesia, tapi banyak juga dari negara sekitar, seperti Malaysia dan Singapore,'' ujar dia.
Saat ini Mia tengah mempersiapkan mailing list khusus untuk penggemar seni ini. `'Insya Allah, saya dengan beberapa rekan sedang merencanakan membuat workshop tahun ini. Sekarang yang sedang berjalan lomba merangkai manik-manik cantik,'' ujarnya.
Mengubah hidup
Manik-manik, bagi ibu dua anak ini, adalah benda kecil yang mengubah hidupnya. `'Saya memang penggemar aksesori sejak remaja, tetapi hanya sebatas itu. Tidak terpikir bahwa justru benda kecil inilah yang akhirnya membantu saya melakukan sesuatu yang bukan saja bermanfaat bagi saya pribadi, tetapi juga memberi manfaat bagi orang lain.''
Dia yakin, meski zaman berubah, modernisasi tak terbendung, manik-manik tetap diminati. ''Yang mungkin berbeda adalah jenis manik-maniknya. Desain manik-manik sebagai aksesori yang pasti akan berubah sesuai perkembangan fashion-nya, tapi manik-manik akan tetap dipakai orang,'' kata dia.
Dia menyatakan Indonesia cukup dikenal pecinta manik-manik di luar negeri. Salah satunya manik-manik perak dari Bali yang boleh dibilang punya nilai jual tinggi, baik di Eropa maupun di Amerika. Manik-manik gelas buatan tangan dari Indonesia juga punya tempat tersendiri bagi penggemar manik-manik. Desainnya berbeda dengan manik-manik gelas buatan tangan dari Taiwan atau Cina.
Material manik-manik di Indonesia juga bervariasi. Bahan untuk dirangkai sebagai aksesori bisa beragam, bukan hanya manik-manik yang sudah siap pakai, bisa juga menggunakan kancing, atau benda lain yang memiliki lubang. Membuat manik-manik sebagai karya seni, kata dia, `'Kita harus melepaskan pemikiran tentang biaya, apalagi keuntungan.''
Menurut Mia, membuat aksesori dari manik-manik sangat cocok bagi wanita Indonesia yang ingin menekuni bisnis di rumah. `'Waktu kerjanya fleksibel, menyenangkan. Duduk, main-main sama manik-manik, dan mendapat penghasilan dari situ,'' ucapnya.
Mia Gofar telah membuktikan ucapannya. Desain manik-maniknya telah mendunia, mengalirkan penghasilan. ''Alhamdulillah,'' ujarnya.
-------------------------------------------------------------------------------- |
posted by Mia @ 8:47 AM |
|
|